Selasa, 23 November 2010


Part II

We are “De Lucky Team” Guys… ^_^

Selasa, 2 November 2010

Seperti biasanya dek Bieber ma Pakdhe Sean’Q berteriak” nyaring dari ponsel saya yeah alarm 04.30 WIB Cepat sekali paginyaa..hoahmmm...Wake up..wake up…Sebenarnya masih ngantuk berat mengingat kita masih istirahat selama 3 jam 30 menit, but de show must go on. Niatnya mo langsung wudhu trus mandi but ternyata tidak ada setetespun air di kamar mandi kami. Oke dehh..saya berpetualang bersama penghuni kamar cewe malam ini, Winda n Mbak Onter (Retno). Pagi” buta, bawa handuk ma peralatan mandi keliling Rumah Sakit cari toilet hahahaha…baru kali ini. Finally kami menemukan sebuah kamar mandi yang dengan air mengalir pastinya, Alhamdulillah....walopun tempatnya di parkiran dekat pintu gerbang RS. Hehehehe…

Memulai dinas dengan rutinitas pagi, operan jaga, ronde keperawatan, pre conference langsung dilanjutkan program tindakan ke pasien. I called it prestigious moment “Verbedden with Pakar” jarang” kan dapet ilmu scara live gini, hehehe..450 ya pakk.. J Hari ini pasien kami masih 27, dengan 9 pasien KLB. Rata-rata mereka menderita ISPA, stroke, dan kebanyakan kasus kecelakaan lalu lintas, saat mereka harus mengevakuasi diri ketika Merapi vomitus. Dalam ruangan saya sebagian besar pasien KLB adalah lansia yang ditunggui oleh anak, beberapa saudara atau entah siapa yang juga berstatus sama, dampak Merapi. Sebagaian besar dari mereka tinggal di Desa Dukun 8 km dari puncak Merapi dan desa tetangganya yaitu Srumbung Muntilan Magelang. Dalam kesehariannya mereka bekerja sebagai penambang tanah di lereng Merapi, petani salak dan sebagai pengumpul batu (thithik watu) koral kecil yang digunakan sebagai bahan dasar pengecoran bangunan. Saat Merapi bergemuruh hebat bebrapa hari yang lalu, mereka sedang beraktifitas masing” hingga harus berlarian mencari sanak keluarga menuju daerah yang lebih aman. Sekarang ini mereka juga tidak tahu, apakah rumah mereka masih berdiri seperti terakhir kali meeka tinggalkan. Saudaraku, akan ada hadiah dibalik musibah ini, smoga selalu diberkahi kesabaran dan keihlasan Amin…

Malam ini kami mendapat panggilan darurat untuk meninjau secara langsung camp-camp pengungsian di wilayah Srumbung. Sebenarnya perjalanan ini lebih indah jika disebut “Wisata Bencana” eitzz..tunggu dulu, simak ne critanya. Pukul 18.30 bersama dengan Pak Arief (Ketua PPNI Magelang), kami “de lucky team” mengunjungi desa Srumbung (7 km dari puncak Merapi). Oia “de lucky team” starring by Pak Karno, Bang Jo, Huda, Ayoen, Winda and Mbak Onter. Sasaran pertama adalah kediaman Pak Arif, sembari menuju ke rumah beliau, kami melalui jalur evakuasi yang cukup sempit memang. Dengan suasana yang mencekam, emosi dilibatkan, yaa benar saja banyak yang jatuh.. L Setelah menjumpai 2 area camp pengungsian padat penduduk kami tiba di rumah bapak perawat OK yang juga senior kami itu.

Di depan rumahnya terbentang sawah yang cukup luas, jika tadi sore tidak ada erupsi yang mengakibatkan kabut tebal, maka puncak Merapi dapat terlihat jelas dari sini. Kali ini hanya tampak benda hitam menjulang tinggi yang puncaknya samar tertutup gumpalan awan gelap bak menembus langit. Right..that’s de artist Merapi. Perjalanan pun dilanjutkan menuju kediaman Ibu Rita, salah satu kepala bidang di RS tempat kami bertugas. Memang sengaja perjalan ini diperpanjang dengan meninjau camp-camp pengungsian terlebih dahulu. Rombongan kami berhenti di sebuah camp pengungsian di Desa Srumbung tepatnya di halaman sebuah SD. Tampak dua buah tenda berukuran 10 x 5 m, dan sebuah tenda yang lebih kecil yang digunakan sebagai dapur umum. Di luar pagar terdapat 4 buah ambulance dan 5 buah truk yang standby untuk sewaktu-waktu digunakan evakuasi. Saat itu sedang berlangsung acara nobar bagi para pegungsi dengan kisah Lintang dan Ikal dalam film Laskar Pelangi. Salah satu usaha untuk memberikan kesejahteraan psikis bagi para pengungsi adalah dengan memberikan hiburan, yaitu layar tancap, yang dalam hal ini difasilitasi oleh Dinas Sosial Kabupaten Magelang.

Dalam perjalan selanjutnya kami melewati sebuah bulak (jalan yang dikelilingi oleh sawah luas di kanan dan kirinya). Mobil pun berhenti, sejenak kami menikmati tingginya merapi dengan kepulan awan hitamya (sebenarnya saya sulit membedakan antara awan dan langit malam, yah warna yang hampir sama bagiku yang tanpa kacamata), dan tanpa terduga its like a big fireworks sebuah kembang api besaarrr…meluncur bebas ke lereng sebelah timur. Subhanallah..saya baru saja melihat lelehan lava merah yang dimuntahkan Merapi. Alloh sudah saya saksikan kuasaMu,,lindungilah saudaraku dilereng itu, semoga mereka memang sudah terevakuasi ke tempat yang lebih aman.

Masih terasa merinding kami pun melanjutkan perjalanan ke rumah Bu Rita di daerah rawan bencana II, artinya daerah yang belum wajib mengungsi. Alhamdulillah dapet rejeki nasgor dan beberapa toples jajanan...(maaf yaa..asnat, pepy, nanda, siti, ms burhan n ms oddy: ada waktu tersendiri bwat kalian ^_^). Setelah beramah tamah kami melanjutkan perjalanan untuk pulang. Kali ini kami melewati daerah rwan bencana III dimana penduduk desa wajib untuk mengungsi. Sepanjang jalan yang kami dapati adalah rumah tak berpenghuni, pepohonan tumbang, hawa yang sudah mulai panas, dan tentunya sinyal yang hilang timbul. Disetiap perempatan terdapat truk TNI beserta beberapa orang personilnya. Sempat saat itu mobil yang kami tumpangi dicegatnya, maklum desa ini sudah disterilkan, dan kami menggunakan mobil pribadi, so...preventing to crime,,, gud job Mister... J

Part I

Residen Bedah

Senin, 1 November 2010

Setelah medapatkan kabar dari Puket I sekaligus penanggung jawab relawan Merapi NWU, saya langsung memberi kabar ke teman” tentang rencana keberangkatan relawan Merapi Part II siang ini. Untungnya hari ini kami ada jadwal pemotretan J di kampus sehingga memudahkan unutuk konfirmasi calon relawan. Alhamdulillah ada 11 orang yang menyatakan bersedia untuk ikut bersama rombongan menuju daerah Bencana. Relawan Part II ini nantinya tidak akan ditempatkan di lapangan melainkan di RSUD Muntilan. Kami akan bertugas layaknya perawat dengan sistem shift.

Persiapan selesai dan pada pukul 13.10 WIB kami bertolak dari kampus tercinta dengan bus menuju daerah bencana Merapi tepatnya di RSUD Muntilan. Sebelumya kami mendapat briefing dari pihak kampus yag diwakili oleh Puket III. And go…Muntilan We’re coming..Bismillah..

1. Sukarno S.Kep., Ns.

2. Asnat Serly Bolang S.Kep., Ns.

3. Ayoen Nourina Ungtsa S.Kep., Ns.

4. Burhanudin S.Kep., Ns.

5. Eka Retno Sari S.Kep., Ns.

6. Johan Prayoga S.Kep.

7. Mufrodi S.Kep., Ns.

8. Nanda Dian Natalia S.Kep., Ns.

9. Prasasti Asih Utami S.Kep., Ns.

10. Sholihul Huda S.Kep., Ns.

11. Siti Amnah S.Kep., Ns.

12. Winda Diana Sari S.Kep., Ns.

Sepanjang perjalanan, kami memanfaatkan waktu untuk beristirahat. Karena memang nantinya sesampai di rumah sakit kami harus langsung berdinas. Walaupun saya tahu dalam benak teman” terbayang nantinya akan bagaimana di daerah bencana. Menuju ke lokasi, kami telah disuguhi dengan beberapa camp-camp pengungsian di pinggir” jalan. Hmm..miris memang.. Pukul 15.30 kami tiba di RSUD Muntilan. Tak nampak keramaian yang sudah kami bayangkan sebelumya. Mendung, disertai rintik tipis hujan abu. Di depan UGD terdapat sebuah tenda putih panjang yang kira” ada 20 orang pengungsi yang berdiam disana. Kedatangan kami disambut oleh beberapa perawat yang nampak sudah akrab dengan Pakar (panggilan kesayangan teman” kepada Pak Karno, dosen sekaligus koordinator rombongan), yah merekalah senior kami dari program B. Seluruh brankart UGD sudah berpenghuni, tampak beberapa pasien yang sudah mendapatkan perawatan sedang menunggu antrian ruangan di pinggir” koridor UGD. Terdengan suara erangan kesakitan dari seorang pasien yang masih mendapat tindakan di ruang bedah minor. Memang pemandangan yang biasa untuk kelas UGD, yang membuat luar biasa adalah sorotan kamera para kuli tinta yang sedang menunggui proses kelahiran bayi dari seorang penghuni camp pengungsian yang entah dimana, and once again its about “Merapi yang sedang Vomitus” we call it.

Setelah dilakukan serah terima dari pihak rumah sakit kami dipersilahkan menuju tempat istirahat kami selama 4 hari kedepan. Wow..Isn’t like my imagine,,kita diberikan tempat berupa ruangan residen bedah tepat diatas UGD, dengan tiga bed satu almari dan sebuah kamar mandi dalam, serta televisi. Its too lux bwat kelas relawan seperti kami, disaat yang lain harus berada di pengungsian. But it’s okay..smoga bisa lebih memotivasi kami untuk berbuat banyak bagi mereka. Pembagian jadwal dinas pun telah ditetapkan, and de first couple is Ayoen and Pakar in Melati Ward.

Shift dinas kami hari ini beda dari biasanya, kami mulai dinas pukul 19.00 hingga pukul 01.00. Setelah mengisi perut dengan nasi tongseng kambing dari rumah sakit, kami memulai untuk persiapan dinas, bagi yang dapat shift pertama termasuk saya. Sedangkan yang lain bersiap hybernasi menumpuk tenaga untuk jaga mulai jam 01.00 WIB hingga pukul 07.00 WIB keesokan paginya.

Saya bersama pakar memulai berdinas malam mini. Saat kami datang semua program tindakan sudah dilakukan. “Kemudian apa yang bisa saya bantu disini bu?” kata Pakar mengawali pembicaraan, setelah memperkenalkan diri dengan perawat ruangan. “Sementara belum ada pak, kita tinggal pelayanan pasien saja.” Kata seorang perawat senior menjawab. Saya langsung bergabung dengan teman” praktikan di bagian belakang, orientasi ruangan berikut pasien. Malam ini pasien di ruang melati berjumlah 31 pasien dengan kapasitas sebenarnya 20 bed. Semenjak terjadi KLB Merapi disediakan 10 bed ekstra di selasar ruangan. Alhamdulillah pasien tenang hingga tengah malam dan kami pun kembali ke asrama pukul 01.00 WIB

Asnat and siti it’s ur time…..

Next ……à

Preambule



Pray For Indonesia

Beberapa hari terakhir ini banyak slogan “Pray For Indonesia”. Pertiwi sedang berduka (again) setelah pada hari senin yang lalu terjadi Tsunami dengan gempa berkekuatan 7,1 ScR di Kepulauan Mentawai Sumatra Barat. Salah satu asset terbesar Indonesia dengan pesona ombaknya, konon kepulauan Mentawai memiliki daya pikat dengan ketinggian ombak no. 3 di dunia. Otomatis devisa Negara mengucur dari ketertarikan wisatawan manca untuk berkunjung ke daerah ini. But..Paradise is over..Kemudian disusul keesokan harinya sang Merapi Vomitus untuk kesekian kalinya. Hingga yang membuat gempar adalah sang juru kunci Mbah Marijan ikut tewas dalam kejadian wedhus gembel ini. Benar-senar sebuah loyalitas tugas yang luar biasa..Salute to Mbah Marijan, smoga arwahnya diterima disisi Allah SWT amien…

Sebagai wujud partisipasi kami terhadap kejadian memilukan ini, kampus NWU menerjunkan beberapa relawan untuk bencana Merapi. Kloter pertama telah diberangkatkan dengan dipimpin langsung oleh Puket I kami dan beberapa mahasiswa. Namun saat itu kami harus menjalankan 1 SKS kami, yaitu pelatihan BTCLS stand for Basic Trauma Cardiac Live Support. Sebuah event yang diadakan untuk meningkatkan kemampuan skill kami dalam kegawatdaruratan. Konon menurut beberapa alumni, sertifikat pelatihan seperti ICU, PPGD or BTCLS inilah yang nantinya menjadi nilai plus bwat kami untuk mencari kerja.

Keinginan menjadi relawan harus ditunda terlebih dahulu, hingga kami menyelesaikan beberapa rangkaian pelatihan, yudisium dan sesi pemotretan (hwehehe..bak artis aja.. J ). Hingga kemudian ada tawaran untuk kami mahasiswa Profesi Ners untuk menjadi relawan Merapi yang akan segera diberangkatkan pada kloter II nanti. Alhamdulillah..akhirnya proposal di acc juga. Sebelumnya saya sempat chat dengan salah satu dosen tentang posisi kami yang masih pengangguran kos (menunggu SKL, ijazah, red.) sebelum sumpah untuk ikut sebagai relawan merapi. Thankz to Mr. GGW ^_^