Senin, 11 Juli 2011

Kesejukan Jejak Izrail atas Sirosis Hepatis (Part II)


Sirosis hepatis adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya proses peradangan nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. Distorsi arsitektur hati akan menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro menjadi tidak teratur akibat penambahan jaringan ikat dan nodul tersebut.

Setelah cross chek therapy dengan teman, aku kembali masuk untuk menginjeksikan Hepamerz 5mg, Meropenem 1gr, Strongger Neo-Minophagen C 1 amp, dan analgesic (non opiate) Novalgin 10mg yang mungkin tidak begitu efektif untuk menurunkan skala nyeri karena sifatnya yang non opiate pada kasus terminal seperti ini. “Mbak makannya cuma separo..gpp ya mbak?” suaranya yang parau tampak jelas menahan tangis. “Iya ibu gpp, obatnya minta tolong diminumkan nggih,,bapak hanya mau dengan ibu” kataku sambil berharap bisa menghiburnya. Setelah menjelaskan beberapa fungsi obat ini, segara kuinjeksikan melalui instoper yang terpasang di tangan kanannnya, kulihat ibu ini dengan telaten menyuapi bubur aminoleban, meminumkan obat sambil bercerita tentang anak mereka dirumah. Sebuah drama penaklukan yang hebat! Tak dapat dipungkiri, bapak yang sedari tadi non kooperatif denganku, begitu tenang saat ini. Subhanallah..inikah bukti Mitzaqan Ghaliza itu??

Beberapa saat kemudian ibu itu keluar, menghampiriku dan menanyakan kondisi suaminya. Telah kujelaskan sebatas kondisi umum pasien, karena untuk prognosis memang telah disampaikan sebelumnya oleh dokter, dan keluarga masih mempertimbangkan DNR untuk pasien tersebut. DNR atau Do Not Resusitation adalah suatu keputusan untuk tidak melakukan tindakan resusitasi pada fase asystole, make easily for sleep away, rhyme in peace. Mungkin dalam pandangan awam tindakan resusitasi tampak kejam, dengan menekan bagian dada pasien berkali-kali, namun dengan prosedur itulah kami berusaha untuk menimbulkan kembali denyutan jantung, bukankah itu lebih manusiawi?? Wallahu’alam… Sebelum keluar, ibu itu menitipkan suaminya, untuk dijaga dan segera mengabarinya diluar jika terjadi apa-apa. “Maafkan suami saya ya mbak, kalau terus merepotkan, tidak biasanya dia marah-marah seperti ini.” Katanya sambil meneteskan air mata. Okay.. throwing tissue box forgetting and apologize received.. ^_^ Hanya senyuman dan beberapa kata yang kusampaikan, berharap membuat dia sedikit lebih tenang, berempati atas keadaannya sekarang.

Dokumentasi tindakan selesai, aku ingat tadi diminta untuk mengganti IV line di L2. Sebelum beranjak ke pasienku yang lain, kembali aku masuk memastikan aminofusin hepar lancar mengalir melalui IV line di tangan kirinya. Jika sebelumnya ia meminta macam-macam, berbicara kesana kemari, namun tidak dengan sekarang, lebih tenang, berbicara dengan bahasa daerah yang dulu akrab di telingaku semasa kuliah. (hmm..tapi darimana ya?? Ahh..jadi ingat kampus nusantara ku di Ungaran J banyak ku temukan bahasa planet disana..hehehe..) sesekali ia menyebut nama Allah, bahkan membaca surat Al-fathihah sampai selesai. Ada apa ini?? Efek obat?? Ataukah…?? Kulemparkan pandangan ke arah monitor, sinus rhythm, TTV dalam batas normal, NRM aman, airway bebas.. Ya Allah kutitipkan dia padaMu…

Segera aku keluar, beranjak ke pasienku yang berada di kiri depan L5. Sudah ada temanku disana yang akan memasang IV line. Pasien dengan hipoalbumin, oedem anasarka. Tusukan yang pertama gagal, padahal vena sudah teraba jelas, saat insersi darah keluar tetapi begitu jarum dilepas, kolaps. Koq bisa ya..?? Okelah, untuk yang kedua kuserahkan ke seniorku., dan gagal lagi, dengan kasus yang sama, vena teraba kemudian kolaps. Kami semakin penasaran sekaligus tertantang untuk bisa memasangnya. Setelah beberapa menit, akhirnya mbak seniorku berhasil pada tusukan ketiga di brachialis kanan.

“Bradiii…Bradii...Bradii...L5!!!” terdengar terikan keras dari temanku diseberang sana. Teriakan khas ruang ICU yang menunjukkan emergency, bilamana tampak di monitor bradikardi = denyut jantung kurang dari 60x per menit. Ya Allah L5?? Pasienku…!! Langsung aku lari sambil mendorong trolly emergency menuju L5, memasang APD tampak semua angka di monitor berwarna merah dengan alarmnya yang khas. Segera kuambil jackson reese dan menyambungkannya dengan O2 sentral untuk ventilasi, sementara temanku sudah dalam posisi resusitasi. Bradi 45---30---21--- teraba carotis lemah, masih ada denyut, ventilasi lanjut. “Masukkan SA 2 Adre 1..!! (Sulfas Atropin 2 ampul dan Adrenaline 1 ampul) instruksi dokter jaga disampingku, segara kuinjeksikan. berangsur-angsur nadi naik, ventilasi dilanjutkan, keluarga segera dipanggil. Hanya selang 2 menit asystole, carotis tak teraba, segera kuambil posisi resusitasi, lima siklus berlalu denyut masih tetap tak teraba. Walaupun belum sempat ada makanan yang masuk sedari pagi, selalu ada energi yang datang entah dari mana saat melakukan RJP. Ada rasa bersalah, kasihan, sedih, diiringi suara tangisan, doa dan semua yang memilukan,,ahh selalu seperti ini.. I hate this moment..!! Pada siklus ketiga periode kedua, perempuan yang disampingku memegang tanganku erat “Sudah mbak hentikan saja, saya ikhlas..” Ya Rabb sampai disinikah..?? segera kuhentikan, memeriksa pupilnya, kusampaikan midriasis maksimal.. Saat itu 09.45 Innalillahi wa inna ilaihi rojiun…

Tiap-Tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan (QS. Al-Anbiyaa: 35).

Setelah mendengar penjelasan dari dokter keluarga dipersilahkan masuk untuk berdoa. Kulepas Jackson reese, mematikan monitor, infuse pump, melepas kabel monitor DC shock dan merapikan trolly emergency. Salah satu keluarganya menghampiriku, “Mbak sampai berapa jam kami bisa keluar dari sini, biar segera di bookingkan pesawat untuk dibawa pulang ke Lombok.” Hah..??baru kuingat logat bahasa yang kudengar tadi pagi,,,”Iya pak segera kami urus,mungkin 2 atau 3 jam lagi..” kataku. Segera kuselesaikan prosedur dan meretur obat. Di dalam lift menuju farmasi lantai 5, banyak perbincangan dalam batinku, sungguh aku menyesal sempat marah dengan bapak tersebut, meremehkan bel, meninggalkannya untuk tindakan lain hingga temanku yang melihat kondisi bradi dari monitor sentral. Tapi bukankah tadi sebelum kutinggalkan TTV dalam batas normal, ECG sinus rhytm, therapy sudah kumasukkan, toh belum ada 10 menit, lalu apa yang terjadi…????

Retur obat selesai, kupersilahkan keluarga untuk keluar dan melakukan perawatan jenazah. Di ICU dalam satu minggu bisa sampai 2 kali aku melakukannya, namun untuk kali ini totally different..!! Tanpa ragu aku masuk ke L5, kulihat ada yang berbeda dengan jenazah ini, ahh tidak mungkin, ku raba kembali carotis, tak ada respon, tak ada lagi tanda-tanda kehidupan,,tapi mengapa..???apa gara-gara aku tidak memakai kacamata??? jantungku berdebar kencang, merinding, antara takut, dan heran, segera aku keluar,dan memanggil Ibu NA (Nurse Assistant) didepan pintu L3 “Bu Nur njenengan mriki, coba ibu liat…” dengan cepat Bu Nur mengikutiku “Subhanallah…” serunya. “Iya kan buk bapaknya tersenyum..??”kataku meyakinkan lagi Subhanallahhiwalhamdulillahuallahukbar… Izrail meninggalkan jejak yang begitu indah kali ini, bersamaan dengan peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW. Sungguh baru sekarang aku melihat kondisi jenazah dengan senyum seperti ini,ada rasa haru, kagum dan entah apalagi.

Perawatan Jenazah yang biasanya dilakukan 2 orang, sekarang ramai dengan 6 orang, seniorku yang bertahun-tahun berdinas juga baru kali ini, melihatnya. Lalu, amalan apa yang dilakukannya hingga bisa meninggalkan jasad mulia seperti ini?? Memang tadi pagi, aku belum sempat melihat pengkajian sosialnya, pekerjaanya apa? rumahnya dimana? Aku juga tidak tahu. Hingga perawatan pun selesai, dan keluarga dipersilahkan masuk. Wanita itu dengan linangan air matanya menghampiriku, memohonkan maaf atas kesalahan suaminya, dan berterimakasih. Darinya pula aku tahu pekerjaan suaminya adalah guru agama Islam di sebuah SLTP dan guru ngaji di lingkungannya. Ya Rabb hari ini telah kubuktikan sebuah janji dalam kitab suciMu. Segala puji hanya bagi Allah yang telah memberikanku kesempatan untuk berjumpa, sekedar merawat manusia pilihanMu, walaupun sebentar, walaupun melibatkan emosi dan sempat marah..ahh itu yang kusesalkan hingga saat ini…

Surabaya, 4 Juli 2011

Great experience ,from my “warm” room!

Senin, 04 Juli 2011

Kesejukan Jejak Izrail atas Sirosis Hepatis (Part I)



Sulit untuk mengawali hari jika semua berlalu tanpa ada niatan kuat. Seperti hari ini rabu 29 Juli 2011, tanggal merah = libur untuk sebagian komunitas di luar sana, tidak untuk kami perawat, ataupun beberapa “profesi full time” lainnya…Tanggalan kami hitam semua..hehehe..J Dengan menyebut AsmaMu Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang..Ilahi mudahkanlah langkah hamba hari ini untuk beribadah kepadaMu, berikanlah selalu hal terbaik untuk pasien kami,,amin..
Ns. Ayoen—Left 5/Mr.B. / Sirosis Hepatis/dr.E….
Wow..malas pun lenyap berganti semangat begitu melihat kasus kelolaan hari ini. Yup..Sirosis Hepatis adalah kasus interna yang paling ku minati sedari kuliah, panum, profesi ners hingga saat ini. Penyakit para alcoholic yang beberapa periode dalam presentasi semasa kuliah menjadi bahasanku, beradu pendapat dengan dosen masalah symptom yang membuat penasaran hingga akhirnya kubuktikan sendiri bagaimana bentuk Venektasi hipertensi porta, Spider naevy dan Eritema Palmaris di C3L1 RSDK Semarang.
It’s time to hand over..berdiri di depan pasien dengan flow sheet berukuran 70x40 cm. Sekilas pasien tampak gelisah, belum juga operan dimulai, bel berbunyi—left5. Langsung saja aku masuk kedalam ruang kaca di depan kami, menyapanya dan menawarkan bantuan. Ternyata dia meminta dibawakan HaPe dan beberapa barang pribadi lainnya hinggga berlanjut dengan permintaan” lain yang menggambarkan sudah mulai terjadi kemunduran kognitif, dan disorientasi terhadap waktu dan tempat. Pasien baru dari ruang interna, atas indikasi tachypneu, bradikardi dan asidosis metabolik. Mr. B dengan Sirosis Hepatis, Anti HCV (+), GCS: 4-4-6 TD: 135/88 mmHg; HR: 110; T: 37,8oC; RR: 34x/m, SpO2 : 97% dengan NRM 8 lpm. Hematemesis 2x periode, sudah mendapatkan tranfusi albumin 2 hari yang lalu, anemia, kesan masa protrombin memanjang dengan GDS 215. Sejenak menghela nafas…Fase terminal dengan palliative care, batinku.
Asites, jaundice, ikterus dengan mata cekung, venektasi hipertensi porta, eritema palmaris dan tidak nampak adanya spider naevy. Biasanya dengan kondisi seperti ini sudah terjadi beberapa gejala perdarahan akibat varises esophagus, baik itu hematemesis maupun melena. Namun tidak dengan bapak ini, kenapa ya..??padahal beberapa symptom sudah mengarah ke encephalopathy hepatic. Okelah PR bwatku…!!
Add caption
Sudah lebih dari lima kali bel itu berbunyi L5,lagi dan lagi..tidak ada yang lain hanya minta HaPe untuk mengabari saudara” yang jauh katanya,..”maaf bapak tidak bisa, istirahat ya,perbanyak doa agar lebih tenang” still broken record alias jawaban yang sama dariku. Memang beberapa pasien gelisah selalu ngeyel dan tidak kooperatif, maklumlah namanya juga bawah sadar, hanya sabar yang harus dipertebal. Kali ini bel ke enam, ada rasa kesal menyelinap, ahh..pasti minta HaPe lagi, pikirku..bel kumatikan dan tetap berdiri didepan flow sheet untuk melanjutkan observasi dan askepku, toh jarak antara aku dan pasien tidak sampai 1 m, hanya dibatasi dengan kaca saja, sehingga masih tampak jelas bila ada sesuatu dengan pasien. “Praakkk…” tampak benda kotak hijau melayang tepat di depanku hingga akhirnya terbentur kaca dan jatuh. Astaghfirullah…bapak itu melempariku dengan kotak tissue..pengen marah rasanya,,sabaaarr ayoeeenn..!! Kubuka pintu dan masuk “Ada apa bapak,,..??” masker ini memang bisa menutupi wajah cemberutku namun irama suara yang sudah kupermak masih jelas menggambarkan kejengkelan (Ya Allah..sepertinya aku harus remidi untuk ujian kesabaran kali ini) “Mana HaPe saya?tolong panggilkan istri saya?” katanya sambil melepas NRM yang terpasang di hidungnya. “Bapak belum saatnya jam berkunjung, tidak boleh ada keluarga yang masuk,,saya suapin ya pak, setelah itu minum obat..” jawabku sembari memasang alat bantu nafas tersebut. “Saya tidak mau dengan mbak, saya hanya mau dengan istri saya,mengerti!!” katanya dengan nada yang lebih tinggi. Sekali lagi kukatakan jawaban yang sama, sambil melepas maskerku dan tersenyum ke arahnya (berharap marahnya reda dan mau makan) “Yang harus melayani itu ya harus istri saya, aduh mbak capek saya ngomong..Pokoknya saya hanya mau istri saya TITIK..!!” OMG…failed!! Rayuanku mental entah kemana, ku pasang masker dan berbalik untuk memanggil sang istri di ruang tunggu, bonus untuknya dan pelanggaran untukku.

Minggu, 03 Juli 2011

Aesthetic_IrYu


I realize that become a nurse it is not easy… After watching the movie and listening to this music make me know, what figure should I become in future professional nurse..Eventhough TMD movie explore about doctor but that is show a professional nurse..Miki-san and Asada Sensei nice to know you.. ^0^


Longing for you day and in DREAM

I’m hoping YoU aRe HerE and leading my way

You SteeRs my road ANYTIME I need

If you walk away I will follow you

Trying my life with your SacRed GifT you gave to me

I won’t vain and succeed it as your PreSCiouS SOUL

Holding your hand

And I’m WalKing ThroUgH the all of the world

Carrying your wish like the VenUs in the DimE SKY


Aesthetic _ Uchida Akari

Ost. Iryu/Team Medical Dragon